Sejumlah PR Jenderal Andika Sebagai Panglima TNI Baru

“Penting sekali jika Panglima TNI disegani dunia internasional”

0
36
Presiden Jokowi melantik Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI baru di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/11/2021). (Youtube Setpres)

Tribute Indonesia – Jenderal TNI Andika Perkasa telah resmi dilantik sebagai Panglima TNI yang baru oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk masa jabatan setahun ke depan. Sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) pun pasti sudah menanti Jenderal Andika.

Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengungkapkan, bahwa masa tugas yang singkat bagi Jenderal TNI Andika Perkasa itu tentu tidak berarti akan minim prestasi.

“Bila Visi Misi yang dipaparkan di Komisi 1 DPR dapat dijalan dengan baik dan konsisten tentu akan sangat bermanfaat bagi TNI. Interoperabilitas harus dilaksanakan. Tiga Matra TNI bekerjasama dengan baik menjaga kedaulatan NKRI,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (17/11/2021).

Wanita yang akrab disapa Nuning itu mengatakan, dengan pertimbangan kebutuhan organisasi TNI dalam kurun waktu ke depan sebagai bagian modernisasi Alutsista, sehingga dibutuhkan Panglima TNI yang memiliki kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang handal.

“Banyak negara saat ini dimana tengah menyusun kebijakan baru terkait defence shifting yang lebih mengarah pada prinsip efisiensi operasi militer dan interoperabilitas. Teknologi terkini yang paling mendominasi defence shifting adalah Unmanned System. Diantaranya adalah Unmanned Aerial Vechile (UAV), Unmanned Surface Vechile (USV) dan Unmanned Sub-Surface Vechile (USSV),” katanya.

Nuning mengingatkan, pemilihan Alutsista harus yang tepat guna serta betul-betul dibutuhkan, bukan justru Alutsista yang tidak sesuai kebutuhan, ancaman dan alam maupun situasi kondisi Indonesia.

Nuning menyebutkan, ada pertimbangan perkembangan lingkungan strategis pada tataran Global dan Regional. Menurut Nuning, Panglima TNI baru harus meningkatkan fungsi diplomasi pertahanan di tingkat internasional.

“Oleh karenanya dibutuhkan sosok Panglima TNI yang memiliki dampak penangkalan bagi petinggi militer internasional. Penting sekali jika Panglima TNI disegani dunia internasional,” ujarnya.

Nuning mengungkapkan, di bidang pendidikan dan latihan serta SDM unggul Indonesia maju harus dijabarkan internal Mabes TNI dan Mabes Angkatan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas prajurit TNI sebagai SDM yang unggul, memiliki pengetahuan kemiliteran maupun akademik yang mumpuni dan terlatih.

“Kualitas prajurit TNI harus mulai dibangun agar unggul dibandingkan dengan prajurit negara-negara lain, apalagi kini tak dapat dihindari adanya perang Siber. Kualitas prajurit harus ditingkatkan sejalan dengan era Revolusi Industri 4.0,” ungkapnya.

Pengamat Intelijen dan Militer itu menuturkan, proses pendidikan dan latihan di lingkungan TNI harus memanfaatkan teknologi informasi dan digitalisasi agar diperoleh keuntungan organisasi pendidikan berupa efisiensi. Hal ini, menurut Nuning, penting untuk interoperabilitas komunikasi TNI dan pihak lain.

Keuntungan lain, lanjut Nuning, adalah pengajaran kepada peserta didik atas pemanfaatan teknologi informasi dan digitalisasi dalam penugasan selanjutnya di Kotama Operasional dan/atau Kotama Pembinaan.

Nuning menilai, munculnya Serangan Siber Kognitif juga penting diatensi. Nuning menjelaskan, serangan siber kognitif adalah jenis serangan psikologis yang banyak tidak disadari oleh para pihak dan hanya dapat dilihat dan dirasakan akibatnya.

“Ini adalah bentuk peperangan yang tidak memerlukan persenjataan konvensional namun dampaknya bisa menyerupai dampak peperangan konvensional sebagai mana yang telah banyak kita saksikan di dalam televisi beberapa tahun belakangan ini. Maraknya perang kognitif dan perang persepsi juga membutuhkan penanganan dengan metode yang tepat, agar tak menyebabkan disintegrasi bangsa,” katanya.

Nuning menyampaikan, kualitas prajurit TNI juga harus ditingkatkan untuk mengawaki teknologi militer terkini, seperti pemanfaatan Unmanned System baik berupa robot maupun artificial intelligent dan cyber defense. Para prajurit TNI harus mulai dipersiapkan mampu berinteraksi dengan sesama prajurit yang asalnya 100 persen manusia, 50 persen robot dan bahkan yang berasal 100 persen robot.

“Oleh sebab itu sangat penting bagi TNI untuk merekrut para pemuda dan pemudi yang memiliki intelejensi tinggi,” ujarnya.

Pada prinsipnya, Nuning menegaskan, pembenahan Alutsista sebelum Minimum Essential Force (MEF) ditujukan untuk efisiensi, sedangkan pembenahan Alutsista setelah MEF ditujukan untuk optimalisasi yakni harus efektif dan efisien.

Nuning mengungkapkan, bahwa pembenahan Alutsista TNI setelah MEF membutuhkan profesionalitas prajurit TNI dari ketiga angkatan yang terintegrasi. Artinya, sistem Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) prajurit TNI harus dibenahi sesuai dengan operational requirement dan technical specification Alutsista yang diadakan setelah MEF.

“Diklat TNI harus menerapkan standar dan kriteria profesionalitas prajurit TNI yang baru sesuai parameter Alutsista yang terintegrasi. Pembenahan Alutsista yang terintegrasi dan pembenahan kompetensi dan kapasitas tempur prajurit TNI sesuai Alutsista baru tersebut berujung pada pembenahan organisasi TNI,” ungkapnya.

Kualitas prajurit TNI berikutnya yang harus ditingkatkan, lanjut Nuning, adalah kemampuan akademik baik di bidang metodologi cara berpikir maupun di bidang komunikasi. Nuning mengatakan, kualitas metodologi cara berpikir secara ilmiah sangat dibutuhkan para prajurit TNI untuk senantiasa menggunakan perspektif yang ilmiah di dalam menyelenggarakan operasi militer.

“Sedangkan kualitas di bidang komunikasi sangat ditentukan kemampuan menggunakan bahasa-bahasa internasional. Sangat penting bagi prajurit TNI pada level Tamtama dan Bintara untuk mahir berbahasa Inggris. Kemampuan Komunikasi Antar Budaya juga harus ditingkatkan karena TNI juga berperan dalam menghadapi Radikalisme maupun gejolak Separatis,” katanya.

Terkait dengan ancaman, Nuning menyebutkan, tentu kita juga harus fokus pada ancaman wilayah laut. Pelanggaran wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna sudah berulang kali terjadi dengan modus yang sama, yaitu diawali dengan masuknya kapal ikan China yang kemudian dibantu oleh China Coast Guard (CCG).

“Pelanggaran ini terjadi berulang karena China bersikeras melakukan klaim atas sebagian besar perairan Laut China Selatan yang dikenal dengan Nine Dashed Lines. Jadi, penting dipahami bahwa China tetap mengakui kedaulatan Indonesia atas Pulau Natuna dan Laut Teritorial Indonesia di Laut Natuna. Klaim China atas Nine Dashed Lines tumpang tindih dengan sebagian perairan ZEE Indonesia di Laut Natuna,” ujarnya.

Sedangkan wilayah udara, Nuning menambahkan, jika TNI AU konsisten dengan konsep Network centric operation, maka langkah awal adalah mulai menggeser kekuatan tempur utama TNI AU di wilayah perbatasan, mengingat jarak jelajah pesawat TNI AU sangat ditentukan dari mana pangkalan awalnya untuk airborne.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here