Tokoh Muda Aswaja Minta Faizal Assegaf Tahu Diri

"Saya menganggap statement Faizal Assegaf tidak mencerminkan akhlak”

0
203
Faizal Assegaf. (Kanavino/Detikcom)

Tribute Indonesia – Tokoh muda Aswaja, Habib Mohammad Sadig al-Habsyi, menilai pernyataan Faizal Assegaf tentang Nahdlatul Ulama (NU) hanya memperkeruh suasana harmonis di tengah umat Islam.

Hal itu disampaikan Sadig saat menanggapi pernyataan Faizal Assegaf dalam sebuah video monolog Faizal yang diunggah di media sosial dan viral beberapa hari belakangan.

“Saya menganggap statement Faizal Assegaf yang menggugat NU, KH. Hasyim Asy’ari, keturunannya dan para kiai NU sebagai cara-cara yang tidak mencerminkan akhlak sebagaimana yang dicontohkan oleh ulama, kiai, habaib dan asatidz dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah,” ungkap Sadig dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Minggu (31/10/2021).

Sadig mencatat, setidaknya terdapat tiga kekeliruan mendasar di dalam pernyataan-pernyataan Faizal Assegaf.

“Pertama, Faizal tidak melakukan riset yang cukup tentang kealiman dan keulamaan KH. Hasyim Asy’ari. Andai dia tahu bahwa KH. Hasyim Asy’ari adalah ahli hadis yang belasan tahun berguru di Makkah, salah satunya di bawah bimbingan Sayyid ‘Abbas al-Maliki, seharusnya Faizal tahu diri dan menahan komentar-komentarnya yang ceroboh,” ujarnya.

Sadig juga mengatakan, berkat kealiman  tersebut, ketika kembali ke Tanah Air, KH. Hasyim Asy’ari mendapatkan penghormatan dan mendapatkan dukungan dari para ulama dan habaib.

“Faizal mungkin tidak tahu bahwa KH. Hasyim Asy’ari merupakan karib dari pendiri Alkhairaat, al-Habib Idrus bin Salim al-Jufri, karena keduanya pernah menimba ilmu kepada Sayyid ‘Abbas. Keduanya memiliki sanad ilmu yang sama. Wajar bila sejarah Alkhairaat mencatat bahwa KH. Hasyim Asy’ari dan al-Habib Idrus pernah bersua ketika keduanya berada di Jombang, Jawa Timur,” katanya.

Tentang pengkultusan terhadap KH. Hasyim Asy’ari, Sadig berpendapat bahwa tidak mungkin KH. Hasyim Asy’ari memerintahkan pengikut NU untuk melakukan hal tersebut.

“Kalau saat ini ada yang terkesan mengkultuskan KH. Hasyim Asy’ari, selama itu tidak termasuk dalam kategori musyrik, tidak ada yang perlu dibesar-besarkan. Semua ulama mempunyai pengikut yang mengeskpresikan rasa cintanya dengan cara mereka masing-masing,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Sadig juga membantah tudingan bahwa sejarah NU telah dibuat seolah-olah terpusat pada profil KH. Hasyim Asy’ari.

“Itu tidak betul. Saya tidak pernah melihat ada upaya dari masyarakat NU atau Nahdliyyin tertentu untuk hanya menonjolkan peran KH. Hasyim Asy’ari. Semua organisasi Islam di Indonesia, mulai dari Muhammadiyah, NU, Alkhairaat, Persis, DDI dan Nahdlatul Wathan, semua memiliki tokoh sentral. Lumrah saja. Tetapi ini tidak berarti bahwa ruang penulisan sejarah yang menghadirkan peran-peran tokoh lainnya dengan sengaja dihalangi. Saya kira tudingan Faizal yang demikian sangat tidak tepat,” ujarnya.

Terhadap pernyataan-pernyataan Faizal Assegaf tentang NU, Sadig menilai, sebaiknya Faizal Assegaf mengedepankan akhlak di ruang publik.

“Kita tidak perlu berdebat dengan data yang terbatas, yang hanya mengandalkan satu sumber bacaan, apalagi sampai menantang mubahalah. Itu bukan ciri pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah,” katanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here